MAKALAH
PERAN DAN FUNGSI AL-QUR’AN DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
Mata kuliah
Ulumul Qura’an
OLEH :
IRWAN
BUKHORI MUSLIM
HARUNGGUAN
SUSILAWATI
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
“eksecutiv”
Semester 1
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM HAJI AGUS SALIM
SEMESTER
GANJIL TAHUN AKADEMIK 2013/2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah mengenai Wanita dalam
Pandangan Islam.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mahasiswa dalam mengikuti mata kuliah ULUMUL QUR’AN Membahas
tentang peran dan fungsi Al-qur’an dalam kehidupan manusia. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman akan peran dan fungsi al-quran dalam kehidupan
manusia.
Akhirnya penulis menyadari bahwa
banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini
bermanfaat bagi semua pembaca.
Cikarang, Novembar 2013
irwan bukhori muslim penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………..........….i
Daftar Isi……………………………………………………....................... ii Pendahuluan……………………………………………………………......iii
A. Latar Belakang
Masalah…………………………………………..…….1
B. Rumusan
Masalah…………………………………………….…….…..1
C. Tujuan
penulisan.......................................................................................1
Pembahasan
A. Al-qur’an sebagai petunjuk..……………………………………………2
B. Al-Qur’an Sebagai Pembeda......................…………………………3
C. Al-Qur’an Sebagai Obat
Penawar …………………………………......4
D. Al-Qur’an dapat membersihkan Jiwa Manusia……………………….....5
E. Al-Qur’an berfungsi untuk meluruskan aqidah dan kepercayaan................6
F.
Al-Qur’an berfungsi sebagai sumber dari segala
sumber hokum Islam.......6
Penutup
A. Kesimpulan…………………………………………………………….7
B. Saran………………………………………………………………..…7
C. Daftar
Pustaka……………………………………………………...….8
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ssungguhnya merupakan nikmat Allah Swt yang terbesar
adalah diutusnya Nabi Muhammad Saw dan diturunkanya al-Qur’an kepadanya untuk
dijadikan petunjuk kepada manusia, mengajari dan mengingatkan mereka tentang
segala yang bermanfaat bagi mereka di dunia dan di akhirat. Atas dasar inilah
Allah Swt memuliakan umat Islam
Al-Qur’an adalah kalam Allah Swt baik huruf maupun
maknanya dan dia bukan mahluk. Dari Allah Swt al-Qur’an berasal dan kepada-Nya
dia akan kembali. Al-Qur’an sebagaimana ia di turunkan oleh Allah mempunyai
keunggulan-keunggulan yang membuatnya istimewa dibandingkan kitab suci lainnya.
Ia adalah kitab ilahi, kitab suci yang menjadi mukjizat, kitab yang memberikan
penjelasan dan di mudahkan untuk di pahami, kitab suci yang dijamin
pemeliharaan keauntetikannya, kitab suci bagi agama seluruhnya, kitab bagi
seluruh zaman, dan kitab suci bagi seluruh manusia.[1][1]
Al-Qur’an
merupakan kitab yang universal untuk seluruh manusia, bahkan untuk bangsa
jin,untuk memberikan kabar gembira dan peringatan kepada mereka. Ia juga
bertujuan untuk menghubungkan manusia dengan Rabbnya agar manusia hanya
menyembah-Nya dan bertakwa kepada-Nya dalam segala urusan.Al-Qur’an juga
bertujuan untuk membersihkan jiwa manusia. Sebab jika jiwa itu tekah besih,
niscaya baiklah seluruh masyarakat.Dan jika jiwa itu rusak, niscaya rusaklah
masyarakat seluruhnya.
B. RUMUSAN MASALAH
Apa saja fungsi al-Qur’an bagi manusia dan kemanusiaan
?
C. TUJUAN PENULISAN
Mengetahui tentang fungsi al-Qur’an bagi manusia dan
kemanusiaan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Al-Qur’an Sebagai
Petunjuk
Allah
Swt menurunkan pesan-pesannya melalui al-Qur’an kepada manusia, untuk dijadikan
pegangan dan pedoman, way of life,
agar manusia sukses menjalankan hidup di dunia dan bahagia di akhirat nanti.
Allah menurunkan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikan
Jibril alaihissalam, menggunakan bahasa Arab, dan di belahan bumi pilihan Allah
Swt, yakni Makah al-Muqarramah dan Madinah al-Munawarah, sebagai umat yang juga
terpanggil untuk menjalankan pesan-pesan Allah Swt, maka sudah wajib bagi kita
menjadikan al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman dalam hidup dan kehidupan,
yakni memasyarakatkan isi, bacaan, dan mengamalkan al-Qur’an dalam kehidupan
sehari-hari.
Allah
SWT telah berfirman yang artinya “…Kitab
(al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, , petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa …”(QS.al-Baqarah : 1-2). Dan juga Allah telah berfirman di
pertengahan surat al-Baqarah, (Beberapa
hari yang telah dirtentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya
diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan
yang batil).”(QS.al-Baqarah:185)
Di
awal surat al-Baqarah Allah telah berfirman al-Qur’an sebagai petunjuk bagi
orang yang bertaqwa , sedangkan di tengah al-Qur’an sebagai petunjuk bagi
manusia , dan ini sifatnya umum baik bagi orang yang bertaqwa maupun yang tidak
bertaqwa.adapun petunjuk bagi orang yang bertaqwa, mempunyai arti bahwa mereka
mampu mengambil manfaat dan mengambil faedah dari al-Qu’ran itu, serta mereka
mampu menjadikan cahaya al-Qur’an sebagai penerang bagi mereka.
“Alif
Laam Raa…(ini adalah) kitab yang kami
turunkan kepadamu (Muhammad) supaya kamu mengeluarkan manusia dari kegelapan
kepada cahaya terang benderang yang di izinkan Tuhan,(yaitu) menuju jalan Tuhan
yang maha perkasa lagi maha terpuji…”(QS:Ibrahim:1).
Dari
ayat di atas, jelas bahwa fungsi al-Quran adalah untuk membebaskan manusia dari
kegelapan-kegelapan menuju cahaya terang-benderang.Pada ayat ini Allah SWT
menyebutkan kegelapan menggunakan jamak mu’annas salim dari isim mufrad artinya
kegelapan-kegelapan.Mengandung makna kegelapan di dunia ini banyak macam raga
dan bentuk.Hal ini juga ditegaskan dalam beberapa tafsir, baik itu (at-Tabari),
(Jalalain), (Ibnu Kasir), dan (al-Kurtubi) disebutkan bahwa makna
kegelapan-kegelapan mempunyai makna, kekafiran, kebodohan, dan
kesesatan.Sementara dalam ayat ini cahaya menggunakan isim mufrad tidak
menggunakan bentuk jamak, itu membuktikan atau menunjukan bahwa cahaya itu
satu, yakni cahaya iman, petunjuk dan hidayah Allah SWT.
Pada
saat Nabi Muhammad SAW yang begitu semangat-semangatnya mempelajari al-Quran
hingga malaikat Jibril alaihissalam belum menuntut, Nabi Muhammad SAW sudah
menirukanya. Allah melarang Nabi Muhammad SAW, menurukan bacaan Jibril kalimat
demi kalimat,sebelum malaikat Jibril alaihissalam membacakanya sampai selesai.
Hal ini dilakukan agar Nabi Muhammad SAW benar-benar faham dan hafal ayat yang
diturunkan.Artinya tanamkanlah kegemaean membaca al-Quran, pelajari secara
bertahap, dan siapapun yang ingin mempelajarinya haruslah ada pembimbingnya,
agar ketika terjadi kesalahan ada yang mengoreksinya.
Allah
SWT berfirman dalam surat al-Qiyamah ayat 16-21 yang artinya :”… Janganlah kamu gerakan lidahmu untuk
(membaca) al-Quran karna hendak cepat-cepat (menguasai)nya(16) Sesungguhnya atas tanggungan kalimah
mengumpulkanya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya (17). Apabila kami telah selesai membacakanya maka
ikutilah bacaanya itu (18).Kemudian,
sesungguhnya atas tanggungan kalimah penjelasanya (19).Sekali-kali jangan demikian, sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai
kehidupan dunia (20).Dan meninggalkan
(kehidupan) akhirat (21)…” (QS;al-Qiyamah : 16-21)
Pada
ayat diatas Allah Swt memerintahkan dengan fi’il amar maka ikutilah bacaan itu
artinya, setelah gemar membaca dan mengamalkan al-Qur’an kita tidak hanya
tinggal diam. Kita disuruh mengikuti al-Qur’an,mengikuti amalan syariat dan
hokum-hukumnya, sesuai dengan kapasitas diri masing-masing. Pelestarian dan
pengakulturasian nilai-nilai al-Qur’an dalam kehidupansehari-hari sangatlah
penting.
Dengan kecintaan membaca ayat-ayat al-Qur’an,
merupakan akan lahir suatu motivasi untuk mengamalkanya dalam kehidupan
sehari-hari. Kecintaan terhadap al-Quran tidak lahir terhadap spontanitas,
selain upaya yang sungguh-sungguh dari diri sendiri, keluarga dan para ulama
dalam meningkatkan tulis baca al-Qur’an, namun yang tidak kalah pentingnya
adalah faktor apresiasi dari pemerintah.Jikalau kita seorang pejabat, tiada
salahnya membuat peraturan daerah yang berhubungan dengan al-Qur’an, misalnya
setiap anak yang ingin melanjutkan studinya ketingkat SLTP atau SLTA hendaknya
memiliki sertifikat tulis baca al-Quran. Dengan demikian, TPA-TPA yang ada
disekitar kita tidak akan sepi seperti sekarang ini.
Jadi
al-Quran merupakan petunjuk dialah dan irsyad (penjelas dan bimbingan) bagi
seluruh manusia, dan petunjuk taufiq bagi orang yang bertaqwa, khususnya mereka
yang memenuhi pnggilan al-Quran. Jadi hidayah itu ada dua macam yaitu hidayah
taufiq wal ‘amal (respon dan aksi). Ini khusus bagi yang beriman , dan hidayanh
dialah wa irsyad (bimbingan dan penjelas )yang bersifat informatif bagin
seluruh umat manusia.
Allah
SWT juga befirman yang artinya, sesungguhnya al-Quran ini memberikan petunjuk
kepada (jalan) yang lebih lurus, dan memberikan kabar gembira bagi orang-orang
mu’min yang mengerjakan amal-amal soleh bahwa bagi mereka ada pahala yang
besar, dan sesungguhnya orang yang tidak beriman kepada hari akhirat, kami
sediakan bagi mereka azab yang pedih,”(QS. Al Israa:9-10). Allah SWT
menyebutkan al-Quran sebagai petunjuk yang paling lurus (aqwam), yaitu kepada
jalan yang paling lurus dan adil yang mengantarkan kepada Allah SWT. JIka kita
menghendaki untuk sampai kepada Allah
Azza wa Jalla dan surga-Nya maka kita harus berama dengan al-Quran Karim.[2][2]
Petunjuk
al-Quran itu ada dua macam.Pertama, petunjuk berupa larangan, perintah dan
berita baik.Kedua, petunjuk bagaimana mengambil manfaat dari landasan yang
dikenal. Bgian pertama, bahwa sebagian besar petunjuk yang terdapat di dalam
al-Quran itu terkait dengan masalah-masalah kebaikan , termauk masalah
hukum.Sedangkan bagian kedua, inilah yang akan kita bahas kali ini. Allag Swt
mengajak mahluk-Nya dalam banyak ayat untuk memikirkan penciptaan langit dan
bumi, serta isinya.Allah Swt menjelaskan, bahwa Dia menundukan langit dan bumi
itu untuk kepentingan manusia. Allah Swt mengingatkan orang-orang yang memiliki
akal untuk menggunakanya, dengan memikirkan apa-apa yang ada di
langit dan di bumi,kemudian mengeksplorasi kekayaan
yang ada di dalamnya. Jika kita memikirkan apa yang ada didalam keduanya,
melihat fenomena dan keteraturan yang ada padanya, untuk apa ini semua
diciptakan dan manfaat apa yang terkandung didalamnya, niscaya kita dapat
mengambil pelajaran yang sangat berharga dari semua ini. Yaitu, pertama kita
dapat melihat bukti nyata kesempurnaan dan keagungan yang dimiliki oleh Allah
Swt. Sedangkan yang kedua, kita vdapat memikirkan fenomena-fenomena alam
kemudian menggali manfaat yang ada didalamnya. Allah Swt telah menundukan alam
semesta kepada manusia , lalu menyerahkan seluruhnya kepada manusia agar
manusia dapat menggali manfaat yang amat sangat besar di dalamya, baik di dunia
maupun di akhirat kelak.
Semua
ini Allah Swt beritqahukan kepada manusia, agar mereka semua bisa mengambil
menfaat dan dapat mengingat pencipta di balik semua penciptaan ini.Allah Swt
memaparkan jalan yang penuh petunjuk agar manusia mengikutinya, dan juga
menggambarkan jalan kesesatan agar mereka semua dapat menghindar darinya.
B. Al-Qur’an Sebagai Pembeda
Allah
Swt juga menyifati al-Qur’an sebagai Furqaan (pembeda) sebagaimana firmanya :
“…Maha suci
Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (yaitu al-Qur’an) kepada
hamba-hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam…” (QS.
Al-Furqaan:1) Artinya al-Qur’an membedakan antara yang hak dengan yang batil,
antara yang lurus dengan yang sesat, yang bermanfaat dengan yang berbahaya. Dia
menyuruh kita untuk berbuat kebaikan dan melarang kita untuk berbuat yang buruk
dan dia memperlihatkan segala apa yang kita butuhkan untuk urusan di dunia
maupun di akhirat kekal, maka dia adalah Furqaan dalam arti membedakan antara
yang hak dengan yang batil.
Al-Qur’an
juga menetapkan hak-hak manusia, al-Qur’an menegaskan kemulian manusia atau
yang didengungkan oleh manusia pada era kontemporer ini sebagai hak-hak asasi
manusia (HAM) semenjak empat belas abad lalu.Sementara orang yang jahil
menyangkanya sebagai pencapaian zaman modern.
Hak-hak
manusia yang dijamin oleh Al-qur’an itu dapat kita lihat pada beberapa firman Allah
berikut ini.[3][3]
1.
Hak
berfikir, meneliti, dan mengkaji dengan bebas.
“Katakanlah, perhatikanlah apa yang ada di langit dan
di bumi...”(Yunus: 101)
2.
Hak
menentukan keyakinan.
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (islam)...”(al-Baqarah:
256)
3.
Hak
berekspresi, memberi perintah, dan mengeluarkan larangan.
“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan
perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar...” (at-Taubah:
71)
4.
Persamaan
dengan manusia lainnya yang berbeda ras, warna kulit, dan keturunan.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari
seorang laki-laki san seorang rezeki yang baik dari Allahperempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwadi antara kamu..”(al-Hujurat: 13)
5.
Hak untuk
menikmati rezeki yang baik dari Allah SWT.
“Katakanlah, siapakah yang mengharamkan perhiasan dari
Allah yang telah di keluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang
mengharamkan) rezeki yang baik...?” (al-A’raf: 32)
6.
Hak untuk
menikah dan membina rumah tangga.
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tentram kepada-Nya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan
sayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir.”(ar-Rum: 21)
7.
Hak untuk
melahirkan keturunan.
“Allah menjadikan kamu istri-istri dari jenis kamu
sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan
cucu-cucu...”(an-Nahl: 72)
8.
Hak untuk
hidup.
Islam memberikan hak kepada manusia untuk hidup.Itulah
sebabnya Al-qur’an sangat mempersalahkan orang-orang jahiliyah yang mengubur
hidup-hidup anak perempuan mereka, dan membunuh anak-anak mereka karena takut
kelaparan.Al-qur’am menilai hal itu sebagai kesalahan dan dosa yang amat besar.
Allah SWT berfirman,
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut
kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada merekn dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.”(al-Isra:
31)
9.
Hak untuk
hidup selama tidak melakukan kejahatan.
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya) melainkan dengan suatu sebab yang benar.”(al-An’am:
51 dan al-Isra: 33)
10.
Hak untuk
bekerja dan bepergian.
“Dialah yang menjadikan bumi ini mudah bagi kamu, maka
berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya.” (al-Mulk:
15)
11.
Hak untuk
menikmati jerih payah ynag halal.
“....(Karena) bagi orang laki-laki ada kebahagiaan
daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagiaan
dari apa yang mereka usahakan...” (an-Nisa: 32)
12.
Hak untuk
menghormati rumah pribadi.
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memasuki
rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada
penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu...” (an-Nur:
27)
13.
Hak untuk
menjaga harta.
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama
suka di antara kamu. Dan janganlah kamuj membunuh dirimu; sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu.” (an-nisa:
21)
14.
Hak untuk
menjaga kehormatan dan kemulian diri.
“Hai
orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka ( yang diolok-olokkan) lenih baik dari mereka (yang
mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita yang
lain (karena) boelh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari
wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencera dirimu sendiri dan
janganlah kamu panggil namamu dengan gelar-gelar yang buruk...” (al-Hujurat: 11)
15.
Hak untuk
mendapatkan keadilan dan kejujuran.
“....Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
takwa...”(al-Ma’idah: 8)
16.
Hak untuk
membela diri.
“....Oleh
sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu maka seranglah ia, seimbang dengan
serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah
beserta orang-orang yang betakwa....” (al-Baqarah: 194)
17.
Hak untuk
mendapatkan kebutuhan hidup.
“Ambillah
zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
menyucikan mereka...” (at-Taubah: 103)
18.
Hak untuk
mengkritik para pejabat.
“Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri
diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al-qur’an) dan Rasul (sunnahnya)...” (an-Nisa: 59)
19.
Hak untuk
memerangi kezaliman dan kekafiran.
“Dan
janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu
disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolong pun
selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.” (Hud: 113)
“Telah
dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israel dengan lisan Daud dan Isa putra
Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.
Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka
perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.”(al-Ma’idah:78-79)
Bahkan
islam telah berbuat lebih jauh lagi, tidak saja menilai hak-hak itu sebagai
hak, namun ia telah mengangkatnya ketingkat kewajiban dan sesuatu yang fardhu.
Sebab, jika iasekedar hak, pemiliknya dapat saja melepaskannya. Akan tetapi,
jika ia berupa kewajiban yang telah difardukan maka ia tidak dapat dilepaskan
begitu saja.
C. Al-Qur’an Sebagai Obat
Penawar
Allah
Swt juga menyebutkan al-Qur’an sebagai Syifa’ (obat penawar) Allah Swt
berfirman artinya :“…Hai manusia
sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman….” (QS. Yunus :57)
Dia
obat bagi penyakit mereka yang bersifat hakiki (yang menimpa badan) dan
penyakit yang bersifat maknawi (yang menimpa hati). Merupakan obat yang menimpa
badan, dengan cara membacakanya untul orang yang sakit atu terkena ain
(hinotis), kesurupan jin dan semisalnya. Dengan seizing Allah Swt orang yang
sakit akan menjadi sembuh jika bacaan tersebut berasal dari hati seorang mukmin
yang yakin kepada-Nya. Apabila keyakinan yang kuat berkumpul antara orang yang
membacakanya dengan yang dibacakan untuknya maka Allah Swt memberikan
kesembuhan bagi yang si sakit.
Al-Qur’an
juga merupakan obat bagi penyakit maknawi, seperti penyakit ragu-ragu (syak),
syubhat (keracunan), kufur dan nafik.Penyakit ini lebih berbahaya dari
penyakit-penyakit badan.Penyakit hati lebih berbahaya dari penyakit badan karna
penyakit badan ujung penghabiskanya adalah mati sedangkan mati itu pasti
terjadi dan tidak mungkin dapat di tolak. Penyakit hati apabila dibiarkan
terus-menerus maka akan menyebabkan matinya hati, rusak secara total sehingga
hati condong kepada keburukan, fasik dan tidak ada obat baginya keciali
al-Qur’an yang telah diturunkan oleh Allah Swt sebagai obat penawar.
D. Membersihkan Jiwa Manusia
Diantara
tujuan di turunkannya Alqur’an adalah membersihkan jiwa manusia.Jiwa mempunyai
fitrah untuk menjadi kotor apabila manusia melakukan kejahatan. Namun, jiwa
juga siap membawa manusianya untuk bertaqwa
dengan cara ia senantiasa di bersihkan dan di sucikan. Manusia dengan
akal dan kemauannya harus memilih jalan bagi jiwanya ke jalan yang bersih atau
kejalan yang kotor.
Tazkiah ‘pembersihan’ bersal dari kata zaka-yazku-zakatan.Ia adalah kata yang
mengandung dua makna atau dua unsur, yaitu pemebrsihan dan pertumbuhan.
Oleh
karena itu, tugas Nabi saw. Terhadap bangsa arab ada dua. Pertama, membersihkan
akal mereka dari kemusyrikan dan kebatilan, membersihkan hati mereka dari
kekerasan jahiliah, membersihkan keinginan mereka dari syahwat binatang, dan
membersihkan mereka dari perbuatan-perbuatan kotor.
Kedua,
mengembangkan akal mereka dengan ilmu pengtahuan dan hati mereka dengan
keimanan sehingga kehendak hati mereka menngarah pada amal sholeh, kebaikan ,
dan akhlak mulia.
Inilah
yang dilakukan oleh nabi saw. Beliau mengajarkan bengsa arab Al-qur’an dan
hikmah, membersihkan jiwa sehingga mereka dapat menghancurkan dari dalam diri
mereka pemikiran-pemikiran paganisme dan penyelewengan jahiliah, dan
membangun keutamaan keimanan. Sehingga
mereka benar-benar menjadi umat yang terbaik.
“kamu adalah umat yang terbaik yang
di lahirkan untuk manusia...”. (Ali Imron:110) Pembersihan jiwa hanya dapat terlaksana
berkat anugrah dari Allah SWT dan taufik-Nya. Seperti firman Allah SWT
“... Sekiranya tidaklah karena
karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun
dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu)
selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya...” (an-Nur:21)
Hal
yang tidak dapat diragukan adalah bahwa kebaikan umat dan bangsanya ditentukan oleh
kebaikan individu-individunya.Dan, kebaikan individu-individu itu ditentukan
oleh kebaikan jiwanya. Dengan kata lain, dengan memebrsihkan jiwa maka jiwa
mereka akan berubah dari nafsu ammarah
bissuu ‘jiwa yang memerintahkan untuk berbuat jahat’ kepada an nafsul lawwamah‘ jiwa yang mendorong
untuk dan mencela dari keburukan ‘, dan kemudian menjadi an nafsul muthmainnah ‘jiwa yang tenang’.
E. Meluruskan Aqidah dan
Kepercayaan
1. Membentuk Dasar-Dasar Tauhid[4][4]
Al-qur’an
mengatakan bahwa kemusyrikan merupakan dosa yang paling besar yang dilakukan
oleh manusia karena dalam kemusyrikan itu terkansung penzhaliman terhadap
hakikat, pemalsuan fakta, dan menurunkan manusia dari tingkat penguasa
dunia-seperti dikehendaki Allah SWT-ketingkat perbudakan dan ketundukan kepada
makhluk biasa; baik makhluk itu benda mati, pepohonan, hewan, manusia, atau
yang lainnya. Oleh karena itu Allah SWT berfirman,.
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengamouni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya...”(an-Nisa : 48)
Karena
kemusyrikan adalah sarang kebatilan dan khufarat, maka Al-qur’an mengajak untuk
menyembah Allah SWT semata, dan mendeklarasikannya sebagai prinsip utama
bersama risalah para nabi seluruhnya.Seluruh nabi mengajak kaumnya untuk
menyembah Allah.
Dakwah
tauhid adalah pokok kebebasan yang sebenarnya karena orang yang menyakralkan
dan menyucikan manusia atau menyembah batu, sama sekali tidak mempunyai
kebebasan.
Ia
adalah pokok persaudaraan dan persamaan karena ia berdiri di atas keyakinan
bahwa manusia seluruhnya adalah hamba Allah SWT, dan mereka adalah anak-anak
dari bapak dan ibu yang satu. Mereka bersaudara satu sama lain, dan satu orang
tidak menjadi tuhan bagi yang lainnya.
Al-qur’an
dari awal hingga akhir adalah ajakan kepada tauhid, mengingkari kemusyrikan,
menjelaskan balasan yang baik bagi orang yang bertauhid di dunia dan di
akhirat, dan alasan yang buruk bagi orang-orang yang musyrik di dunia dan di
akhirat.
Meluruskan
akidah tentang kenabian dan risalahnya di lakukan dengan metode berikut.[5][5]
1. Menjelaskan
kebutuhan manusia kepada kenabian dan risalah kenabian.
2. Menjelaskan tugas para rosul dalam memberikan kabar
gembira dan ancaman Tuhan
“(mereka
kami utus) selaku rosul-rosul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan...”(an-nisa’:165)Dan
para Rosul bukanlah tuhan-tuhan atau anak-anak tuhan namun mereka hanyalah
meanusia-manusia yang di berikan wahyu.
Para nabi
dapat mengajak manusia untuk tidak manyekutukan Allah SWT, namun mereka
mempunyai wewenang untuk memberikan hidayah kedalam hati manusia serta tidak
pula dapat menguasai hati mereka.
“maka
berilah peringatan karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi
eringatan. Kamu bukanlah otrang yang berkuasa atas mereka”.(al
ghasiyah:21-22)
3. Menjawab tuduhan-tuduhan yang dilontarkan manusia
dari dahulu tentang keberadaan rosul, seperti ucapan mereka,
“...kamu
tidak lain hanyalah manusia seperti kami juga..”(Ibrahim:10)
3. Al-qur’an menjawab tuduhan-tuduhan mereka itu
denganfirman Allah.[6][6]
“Rasul-rasul
mereka berkata kepada mereka,”kami tadak lain hanyalah manusia seperti kamu,
akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara
hamba-hamba-Nya...” (Ibrahim:11)
Menjelaskan
balasan-balasan orang-orang yang membenarkan para rosul dan akibat yang
dirasakan oleh orang-orang yang mendustakan mereka.Banyak sekalimkisah para
rosul bersama umat mereka, yang selalu berakhir dengan kebinasaan orang-orang
mendustakan mereka da keselamatan bagi kalangan yang beriman.
“Kemudian Kami
selamatkan rosul-rosul Kami dan oarang-orang yang beriman, demikianlah menjadi
kewajiban atas Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.” (Yunus:103)
4. Menguatkan Akidah Keimanan tentang Akhirat dan
Balasan Amal Perbuatan.
Perbuatan
yang diberikan perhatian Al-qur’an dan diulang-ulang dalam surat-surat Makiyah
dan Madaniyah adalah keimanan terhadap akhirat dan balasan yang akan didapatkan
terhadap amal perbuatan manusia, perhitungan amal perbuatan itu, serta surga
dan neraka.
Dalam menetapkan akidah ini dan pelurusannya,
Al-qur’an menggunakan berbagai cara.[7][7]
1. Memberikan dalil-dalil tentang kebangkitan manusia
dengan menjelaskan kekuasaan Allah SWT untuk mengembalikan penciptaan makhluk
sebagaimana pertama kali dicptakan.
“Dan Dialah
yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan
(menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu lebih mudah bagi-Nya...(ar-Rum:27)
2. Mengingatkan tentang penciptaan benda-benda besar
yang jika dibandingkan penciptaan semua itu dengan penciptaan manusia , maka
penciptaan manusia adalah hal yang sangat mudah dan sederhana.
3. Menjelaskan hikmah Allah SWT dalam memberikan
balasan terhadap amal perbuatan manusia, sehingga orang yang berbuat baik
(shaleh) pada akhirnya tidak sama nasibnya dengan orang yang berbuat jahat. Jika tidak ada balasan itu,
maka kehidupan ini menjadi sia-sia dan tak berharga .Allah SWT tidak
menciptakan dunia ini untuk kesia-siaan.
“Maka apakah
kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja),
dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”(al-Mu’minun:
115)
“Apakah
manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa
pertanggungjawaban)?”(al-Qiyamah:36)
4. Menjelaskan balasan baik dan keridhaan yang
menunggu kaum mukminin di akhirat kelak nanti, serta kerugian dan siksa yang
menanti orang-orang yang kafir. Oleh karena itu, Al-qur’an banyak berbicara
tentang hari kiamat dan kepedihannya, tentang catatan amal perbuatan yang tidak
sedikitpun meninggalkan catatan atas perbuatan manusia, yang besar maupun yang
kecil, tentang neraca penimbang kebaikan dan keburukan manusia, sehingga tidak
ada yang tercecer sedikit pun dari amal manusia, walaupun sebesar atom.
Al-qur’an juga membicarakan tentang penghitungan yang amat teliti yang tidak
menzhalimi siapapun sehingga satu orang tidak menanggung dosa orang lain.
Membicarakan tentang surga dan apa
yang disediakan didalamnya, dari berbagai kenikmatan
materi dan ruhani, juga tentang neraka dan isinya dari bermacam azab yang
pedih, baik indrawi maupun maknawi. Sebab manusia di akhirat nanti adalah juga
manusia ynag pernah hidup di dunia.Oleh karena itu, balasan dan siksaan harus
mencakup kedua hal itu, indrawi dan maknawi.
Membatalkan
khayalan yang dihasilkan kemusyrikan dan orang-orang musyrik; bahwa tuhan-tuhan
mereka itu akan memberikan bantuan kepada mereka di hadapan Allah SWT pada hari
kiamat nanti. Demikian juga yang dipercayai oleh kalangan Ahli Kitab terhadap bantuan orang-orang suci mereka dan
lainnya. Ini semua ditolak oleh Al-qur’an dan dibatalkannya dengan amat
keras.Tidak ada syafaat kecuali dengan izin Allah SWT, dan syafaat itu hanya
diberikan kepada individu mukminyang bertauhid.Manusia hanya diberikan manfaat
oleh amal perbuatannya.Ia juga tidak menanggung dosa orang lain, seperti firman
Allah:
“Orang-orang yang zalim tidajk
mempunyai teman setia seorang pun dan tidak (pula) mempunya pemberi syafaat
yang diterima syafaatnya.”(al-Mu’min: 18)
“Tiada yang
dapat memberi syafaat disisi Allah tanpa izin-Nya...”(al-Baqoroh:
255)
F. Al-Quran Sebagai Sumber
Dari Segala Sumber Hukum Islam
Al-Quran
juga berfungsi sebagai sumber segala macam aturan tentang hokum, social,
ekonomi, kebudayaan, pendidikan, moral dan sebagainya yang harus dijadikan way of life bagi semua umat manusia
untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya. Sebagai hakim yang diberi wewenang
oleh tuhan memberikan keputusan terakhir mengenai beberapa masalah yang
diperselisihkan dikalangan pemimpin-pemimpin agama dari berrmacam-macam agama
dan sekaligus sebagai korektor yang mengoreksi
kepercayaan-kepercayaan/pandangan-pandangan yang salah di kalangan umat
beragama, termasuk kepercayaan-kepercayaan yang salah yang terdapat di dalam
kitab lain yang dipandang suci oleh pemeluknya.
Ajaran-ajaran
atau anggapan-anggapan dari agama lain yang salah kemudia di koreksi al-Qur’an
antara lain sebagai berikut :
1. Ajaran trinitas dalam Byble
2. Kepercayaan bangsa Arab pada masa pra-Islam yang
mempunyai anggapan bahwa Tuhan memiliki anak-anak perempuan yaitu para malaikat
(surat al-Najm: 27)
3. Sejumlah Nabi-Nabi dan Rasul yang terhormat dan
merupakan manusia pilihan Allah Swt yang di jadika sauri tauladan bagi umatnya,
di ungkapkan dalam Byble sebagai orang-orang yang melakukan perbuatan hina dan
tercela. Misalnya Nabi Ibrahim digambarkan sebagai orang yang pendusta atau
pembohong.Nabi Luth diungkapkan sebagai orang yang pernah berbuat sexs dengan
putri-putrinya.Nabi daud diceritakan sebagai orang yang bermain serong dengan
istri Uria. Nabi Sulaiman digambarkan sebagai orang yang pernah menyembah
berhala ubtuk menyenangkan isteri-isterinya
Menurut
pandangan Islam, bahwa Nabi dan Rasul adalah ma’sum, artinya mereka pasti
terhindar dan terprlihara dari perbuatan-perbuatan yang hina dan tercela,
seperti berdusta, berzina, dan menyembah berhala.
Al-Qur’an
juga sebagai pengukuh dan penguat yang mengukuhkan dan menguatkan kebenaran
adanya kitab-kitab suci yang pernah diturunkan sebelum al-Qur’an dan kebenaran
adanya Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad Saw.Hanya saja ajaran-ajaran dari
para Nabi sebelum nabi Muhammad Saw beserta kitab-kitab sucinya sudah tidak
orisinil lagi, sebab tidak sedikit yang telah diubah oleh pemimpin mereka.[8][8]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi fungsi al-Qur’an bagi manusia dan kemanusiaan
adalah sebagai berikut :
1. Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk
2. Al-Qur’an berfungsi sebagai pembeda antara yang hak dengan yang batil
3. Al-Qur’an berfungsi sebagai obat penawar bagi manusia (as-Syifa’)
4. Al-Qur’an berfungsi membersihkan jiwa manusia
5. Al-Qur’an berfungsi untuk meluruskan aqidah dan kepercayaan
6. Al-Qur’an berfungsi sebagai sumber dari segala sumber hukum Islam
B. Saran
Penulisan
makalah ini tentulah banyak sekali kekurangannya, sehingga diharapkan adanya
saran dan kritik yang bersifat membangun baik dari dosen mata kuliah Study
Qur’an maupun dari rekan-rekan mahasiswa STAI Haji agus salim ini khususnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Al-Qaradhawi
yusuf, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, Gema Insani Press.
Ø Syaikh Abdurrahman As-Sa’id, Bacalah Al-Qur’an Seolah-Olah Ia Diturunkan
Kepadamu, Hikmah Production
Ø Drs. Masjfuk zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, PT Bina Ilmu